A) Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Makhluk sosial adalah makhluk yang
tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan kehadiran orang lain. Sebagai makhluk
sosial ia memiliki tabiat suka kerjasama dan bersaing sekaligus. Jika dalam
bekerjasama dan bersaing mereka berlaku fair (terbuka) maka harmoni sosial akan
tercipta. Tetapi jika mereka bersaing secara tidak fair (tertutup) maka konflik
antar manusia bisa terjadi. Sebagai makhluk social manusia merindukan harmoni
social (perdamaian) tetapi juga tak pernah berhenti dari konflik.
Manusia sebagai
makhluk sosial memiliki 3 aspek penting dalam hidupnya, yaitu:
1)
Aspek Organik
Aspek Organik ini
yaitu manusia sebagai makhluk sosial yang mempunyai fisik yang disebut jasmani.
Organ tubuh manusia mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki yang membuat ia
disebut sebagai manusia.
2)
Aspek Psikologis
Yaitu unsur rohaniah
yang terdapat di dalam manusia sebagai makhluk sosial. Jiwa atau ruh yang
menjadikan seorang manusia itu hidup dan memiliki ciri-ciri hidup. Mulai dari
bernafas, tumbuh, berkembang hingga memiliki pemikiran yang bersifat abstrak.
Termasuk memiliki perasaan terhadap segala sesuatu yang dialaminya baik manusia
sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial.
3)
Aspek Sosial
Aspek sosial
yang dimaksud adalah adanya kebersamaan yang menjadi bagian dari ciri
manusia sebagai makhluk sosial. Dalam situasi atau kondisi tertentu mereka
melakukan sesuatu secara bersama-sama. Mereka melakukan kerjasama dengan
manusia lainnya dalam upaya mewujudkan peranan manusia sebagai makhluk sosial.
B)
Manusia Sebagai
Makhluk Budaya
Manusia disebut sebagai makhluk
yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal
budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia
itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang
selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang
berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Manusia juga akan mulai berpikir
tentang bagaimana caranya menggunakan hewan atau binatang untuk lebih
memudahkan kerja manusia dan menambah hasil usahannya dalam kaitannya untuk
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Manusia sangat mempunyai hasrat yang
tinggi apabila dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Hasrat untuk selalu
menambah hasil usahanya guna mempermudah lagi perjuangan hidupnya menimbulkan
perekonomian dalam lingkungan kerja sama yang teratur. Hasrat disertai rasa
keindahan menimbulkan kesenian. Hasrat akan mengatur kedudukannya dalam alam
sekitarnya, dalam menghadapai tenaga-tenaga alam yang beraneka ragam bentuknya
dan gaib, menimbulkan kepercayaan dan keagamaan. Hasrat manusia yang selalu
ingin tahu tentang segala sesuatu disekitarnya menimbulkan ilmu pengetahuan.
Ada hakekatnya kebudayaan mempunyai dua
segi, bagian yang tidak dapat dilepaskan hubungannya satu sama lain yaitu segi
kebendaan dan segi kerohanian. Segi kebendaan yaitu meliputi segala benda
buatan manusia sebagai perwujudan dari akalnya, serta bisa diraba. Segi
kerohanian terdiri atas alam pikiran dan kumpulan perasaan yang tersusun
teratur. Keduanya tidak bisa diraba.
Manusia
adalah mahluk berbudaya. Berbudaya merupakan kelebihan manusia dibanding mahluk
lain. Dengan berbudaya, manusia dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan
hidupnya. Manusia menggunakan akal dan budinya dalam berbudaya. Kebudayaan
merupakan perangkat yang ampuh dalam sejarah kehidupan manusia yang dapat
berkembang dan dikembangkan melalui sikap-sikap budaya yang mampu mendukungnya.
Banyak pengertian tentang budaya atau kebudayaan. Kroeber dan Kluckholn (1952)
menginventarisasi lebih dari 160 definisi tentang kebudayaan, namun pada
dasarnya tidak terdapat perbedaan yang bersifat prinsip.
Konsep
kebudayaan membantu dalam membandingkan berbagai mahluk hidup. Isu yang sangat
penting adalah kemampuan belajar. Lebah melakukan aktifitasnya hari demi hari,
bulan demi bulan dan tahun demi tahun dalam bentuk yang sama. Setiap jenis
lebah mempunyai pekerjaan yang khusus dan melakukan kegiatannya secara kontinyu
tanpa memperdulikan perubahan lingkungan disekitarnya. Lebah pekerja terus
sibuk mengumpulkan madu untuk koloninya. Tingkah laku ini sudah terprogram
dalam gen mereka yang berubah secara sangat lambat dalam mengikuti perubahan
lingkungan di sekitarnya. Perubahan tingkah laku lebah akhirnya harus menunggu
perubahan dalam gen. Hasilnya adalah tingkah-laku lebah menjadi tidak
fleksibel.
Berbeda
dengan binatang, tingkah laku manusia sangat fleksibel. Hal ini terjadi karena
kemampuan dari manusia untuk belajar dan beradaptasi dengan apa yang telah
dipelajarinya. Sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya
untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi
kesempurnaan hidupnya.
Kebudayaan
mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar hidupnya. Manusia
berbeda dengan binatang, bukan saja dalam banyaknya kebutuhan, namun juga dalam
cara memenuhi kebutuhan tersebut. Kebudayaanlah yang memberikan garis pemisah
antara manusia dan binatang.
Ketidakmampuan
manusia untuk bertindak instingtif diimbangi oleh kemampuan lain yakni
kemampuan untuk belajar, berkomunikasi
C) Peranan Manusia Sebagai Makhluk Sosial
dan Budaya
Individu dalam hal ini adalah seorang
manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas di dalam lingkungan
sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkahlaku spesifik
tentang dirinya. Akan tetapi dalam banyak hal banyak pula persamaan disamping
hal-hal yang spesifik tentang dirinya dengan orang lain. Disini jelas bahwa
individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas didalam lingkungan
sosaialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian, serta pola tingkah laku
spesifik dirinya. Persepsi terhadap individu atau hasil pengamatan manusia
dengan segala maknanya merupakan suatu keutuhan ciptaan Tuhan yang mempunyai
tiga aspek yang melekat pada dirinya, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek
psikis rohaniah, dan aspek sosial. Apabila terjadi kegoncangan pada salah satu
aspek, maka akan membawa akibat pada aspek yang lainnya.
Manusia mempunyai pengaruh penting dalam
kelangsungan ekosistem serta habitat manusia itu sendiri, tindakan-tindakan
yang diambil atau kebijakan-kebijakan tentang hubungan dengan lingkungan akan
berpengaruh bagi lingkungan dan manusia itu sendiri.
Kemampuan kita untuk menyadari hal tersebut akan menentukan bagaimana hubungan
kita sebagai manusia dan lingkungan kita. Hal ini memerlukan pembiasaan diri
yang dapat membuat kita menyadari hubungan manusia dengan lingkungan. Manusia
memiliki tugas untuk menjaga lingkungan demi menjaga kelansungan hidup manusia
itu sendiri dimasa akan datang.
Begitu pula
peranan manusia sebagai makhluk yang berbudaya yang mulai luntur seperti budaya
gotong royong. Dalam pengertian manusia diatas kita telah membahas bahwa
manusia adalah mahluk sosial yaitu dimana manusia tidak dapat hidup sendiri
melainkan hidup berdampingan antara individu satu dengan individu yang lain.
Gotong royong di Indonesia sendiri merupakan suatu istilah yang berarti bekerja
bersama-sama untuk mencapai suatu hasil atau tujuan yang sudah direncanakan.
Sikap gotong royong adalah bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan
dan secara bersama-sama menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil, atau
suatu usaha atau pekerjaan yang dilakukan tanpa pamrih dan secara suka rela
oleh semua warga menurut batas kemampuannya masing-masing. Pekerjaan jika
dilakukan dengan cara gotong royong akan lebih mudah dan ringan. Pada dasarnya
manusia itu tergantung pada manusia lainnya, dan bahwa manusia tidak hidup
sendiri melainkan hidup bersama dengan orang lain atau lingkungan sosial. Sifat
gotong royong dan kekeluargaan didaerah pedesaan lebih menonjol dalam pola
kehidupan mereka, seperti memperbaiki dan membersihkan jalan, masyarakat desa
adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat
lama. Adat istiadat adalah sesuatu aturan yang sudah mantap dan mencakup segala
konsepsi sistem budaya yang mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam
kehidupan sosial hidup bersama, bekerja sama dan berhubungan erat secara tahan
lama, dengan sifat-sifat yang hampir seragam. Satu fenomena yang ditampakkan
oleh masayarakat desa, baik secara langsung ataupun tidak langsung ketika
bertemu/bergaul dengan orang kota adalah perasaan mindernya yang cukup besar.
Biasanya mereka cenderung untuk diam/tidak banyak omong. Masyarakat desa
benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang pernah diterimanya sebagai
“patokan” untuk membalas budi sebesar-besarnya. Balas budi ini tidak selalu
dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk penghargaan sosial. Ciri-ciri
yang telah diungkapkan di atas yang seharusnya menjadi identitas mereka, di
sebagian masyarakat pedesaan hal tersebut telah pudar bahkan sebagian lagi
telah hilang ditelan zaman. Contoh konkrit, gotong royong. Masyarakat pedesaan
tempo dulu menjadikan gotong royong sebagai sebuah kearifan lokal. Bahkan
menjadi sebuah gunjingan di kalangan masyarakat jika ada seseorang yang tidak
mau ikut campur dalam kegiatan tersebut. Tapi sekarang, hal ini telah dilupakan
dan terkesan individualis, yang notabene hidup individualis adalah ciri
masyarakat perkotaan dan perumahan.
Sedangkan di
perkotaan gotong royong dapat dijumpai dalam kegiatan kerja bakti
di lingkungan rumah, disekolah dan bahkan dikantor-kantor, misalnya pada saat
memperingati hari-hari besar nasional dan keagamaan, mereka bekerja tanpa
imbalan jasa, karena demi kepentingan bersama. Dari sini timbulah rasa
kebersamaan, kekeluargaan, tolong menolong, sehingga dapat terbina rasa
kesatuan dan persatuan nasional, di bandingkan dengan cara individualisme yang
mementingkan diri sendiri maka akan memeperlambat pembangunan di suatu daerah.
Kesadaran untuk memiliki rasa gotong royong haruslah diawali dari diri kita
masing-masing, memiliki rasa gotong royong yang tinggi akan membangun
solidaritas dan kepedulian terhadap lingkungan juga bisa menurunkan rasa
individualisme maupun kelompok. Dari kesadaran untuk memiliki rasa tanggung
jawab bersama akan menciptakan kerukunan antar masyarakat. Sehingga
ideologi-ideologi ekstrimisme atau radikal maupun sikap liar dari masyarakat
yang akhir-akhir ini bermunculan akan bisa ditanggulangi yang akan menciptakan
karakter bangsa sesuai falsafat pancasila
A) Kesimpulan
Manusia
adalah makhluk sosial dan sudah terlahir sebagai makhluk sosial yang
membutuhkan makhluk lain dalam bertahan hidup. Manusia tidak dapat bertahan
hidup tanpa manusia lain, tidak perduli seberapapun berkuasa ia ataupun
seberapa tinggi jabatannya.Manusia membutuhkan interaksi dengan manusia
lainnya.
Kebudayaan
adalah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Kebudayaan turut
pula mempengaruhi kepribadian seseora, cara ia bertingkah laku dalam kehidupan
sehari – hari.
Setiap
manusia mempunyai peranan masing-masing dalam kehidupan sosial dan budaya yang
mana jika salah satu aspel mulai hilang atau luntur akan merubah tatanan
kehidupan soial dan budaya.
DAFTAR PUSTAKA